07 January 2010

Kamar Mandi Ramah ingkungan

Bergaya hidup ramah lingkungan bisa dimulai dari rumah kita sendiri. Misalnya dengan menerapkan gaya hidup hemat energi, hemat air atau mengurangi sampah dalam kehidupan sehari-hari. Gaya hidup seperti berlama-lama mandi di kamar mandi akan membuat penggunaan air boros, bisa mengurangi ketersediaan air bersih di muka bumi ini dan jika terjadi terus akan berdampak pada pemanasan global.

Hal tersebut dapat diatasi dengan menerapkan sistem daur ulang air bekas mandi kita dengan menggunakan media tanaman. Air dari shower dan wastafel akan disaring melalui sebuah sistem organik agar bisa dipakai ulang. Dengan demikian jumlah pemakaian air bisa dihemat.


Beberapa jenis tanaman memiliki kemampuan menyerap beberapa logam renik yang berbahaya. Jenis-jenis tanaman yang sering digunakan adalah; Anturium, Alamanda, Akar Wangi, Bambu Air, Dahlia, Lotus Kuning/Merah, Onje Merah,  Padi-padian, Papirus, Pisang Mas, Ponaderia, Sempol Merah/Putih, Spider Lili, dan lain-lain. Sistem pengolahan limbah dengan tanaman ini berlangsung secara alami.


Ada enam tahap proses yang dilakukan tumbuhan terhadap zat kontaminan/ pencemar yang berada di sekitarnya, yaitu:
  1. Tumbuhan menarik zat kontaminan dari media sehingga berakumulasi di sekitar akar tumbuhan.
  2. Adsorpsi atau pengendapan zat kontaminan oleh akar untuk menempel pada akar. Penempelan zat-zat kontaminan tertentu pada akar yang tidak mungkin terserap ke dalam batang tumbuhan. Zat-zat tersebut menempel erat (stabil) pada akar sehingga tidak akan terbawa oleh aliran air dalam media.
  3. Penguraian zat-zat kontaminan oleh aktivitas microba yang berada disekitar akar tumbuhan. Misalnya ragi, fungi dan bacteri.
  4. Penguraian zat kontaminan yang mempunyai rantai molekul yang kompleks menjadi bahan yang tidak berbahaya dengan susunan molekul yang lebih sederhana yang dapat berguna bagi pertumbuhan tumbuhan itu sendiri. Proses ini dapat berlangsung pada daun, batang, akar atau di luar sekitar akar dengan bantuan enzim yang dikeluarkan oleh tumbuhan itu sendiri. Beberapa tumbuhan mengeluarkan enzim berupa bahan kimia yang mempercepat proses degradasi.
  5. Proses menarik dan transpirasi zat kontaminan oleh tumbuhan dalam bentuk yang telah menjadi larutan terurai sebagai bahan yang tidak berbahaya lagi untuk selanjutnya di uapkan ke atmosfir.
  6. Setelah ini kita bisa mendapatkan air bersih yang dapat digunakan kembali, misalnya untuk kolam ikan dan menyiram tanaman.
Memang teknologi ini belum banyak dikembangkan di Indonesia. Uji coba sudah dilakukan di Bali dengan sebutan wastewater garden (WWG) atau terkenal dengan Taman Bali seperti yang terlihat di Kantor Camat Kuta, Sunrise School, dan Kantor Gubernur Bali. Perkembangan pesat terjadi di Amerika Serikat, Perancis, Jerman, Inggris, dan Australia. Bahkan di sana beberapa tanaman hiperakumulator sudah dipatenkan. Kapan kita bisa mengejar mereka?







No comments:

Post a Comment