Gempa Dahsyat yang mengguncang Haiti Selasa (12/1) sore diperkirakan menyebabkan ribuan orang tewas. Istana kepresidenan Haiti dan berbagai gedung-gedung pemerintah di ibukota negara Port-au-Prince runtuh setelah getaran. Sebuah rumah sakit juga rata dengan tanah, dan dilaporkan seluruh pasiennya terkubur di bawah reruntuhan. US Geological Survey (USGS) menyatakan gempa besar ini berkekuatan 7,3 Skala Richter terjadi di kedalaman 10 kilometer. Pusatnya berada di jarak 16 kilometer dari ibukota Port-au-Prince dan 27 kilometer dari Petionville, daerah pinggiran Haiti. Ini adalah gempa bumi terbesar yang pernah mengguncang Haiti dalam 16 tahun terakhir. Negara berpenduduk sekitar 9 juta orang ini, sebagian besar hidup dalam kemiskinan, dan selalu dirundung ketidakstabilan politik.
Jubir Deplu Teuku Faizasyah, Kamis (14/1) mengatakan dari informasi yang diperoleh departemen luar negeri dapat dari perwakilan RI di New York yang merangkap Haiti disebutkan ada 2 waraga negara Indonesia yang bekerja di misi penjagaan perdamaian PBB di Haiti dan keduanya dalam kondisi selamat dan tidak mengalami cidera dalam kejadian tersebut.
Pihak KBRI New York mengatakan salah satu dari korban yang selamat itu bernama Endang Dwi Satriyani (34), seorang WNI yang bekerja sebagai volunteer PBB di Haiti. Endang juga sudah mengabarkan hal ini kepada keluarganya di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) Rabu 13 Januari malam. Sementara satu lagi masih belum, mengingat sulitnya komunikasi ke Haiti.
Pihak KBRI saat ini sedang mengupayakan langkah-langkah untuk mempersiapkan dokumentasi kedua WNI ini, mengingat semua dokumen mereka hilang akibat gempa. "KBRI kita melalui kantor PBB di New York akan membantu untuk menguruskan semua dokumen keduanya serta memantau perkembangannya. Hal ini mengingat status keduannya berbeda dengan pegawai PBB lainnya karena merupakan relawan," ujarnya.
14 January 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment